|

Menulis Buku Teks Pelajaran

Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 12 tahun 2008, menghentakkan banyak kalangan. Bukan hanya penerbit, yang mengalami dampak langsung dari peraturan ini, para guru pun terkena imbasnya. Bukan hanya karena guru tidak bisa mendapat ‘rabat’ yang tinggi disertai komisi dari penerbit atas penjualan buku-buku teks pelajaran, tetapi guru pun terhambat dalam menyalurkan bakat dan kreatifitas menulis buku teks.

Sebagaimana diketahui, saat ini lebih dari 500 judul telah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah, dalam hal ini kementerian pendidikan nasional, untuk digandakan dan dijual secara luas dengan harga jual yang telah ditentukan. Anggaran pendidikan yang mencapai 20% dari setiap APBD maupun APBN memungkinkan siswa mendapat buku secara gratis karena mendapat alokasi khusus (BOS Buku). Namun, di toko-toko buku pun, buku-buku ini dapat diperoleh dengan harga yang seragam. Keseragaman ini memungkinkan orangtua siswa untuk tidak terpaku pada satu penerbit saja. Sebab, apapun penerbitnya, isinya sama.

Di lain hal, guru saat ini dipacu daya kreatifitasnya dalam dunia tulis menulis. Bahkan, untuk sertifikasi, yang diidam-idamkan sebagian besar guru, karya tulis mendapat point yang cukup tinggi. Karya tulis di sini tidak dibatasi pada karya tulis buku teks pelajaran, tetapi apapun itu yang terpublikasikan di media massa atau penerbit. Tentunya, media lokal, regional dan nasional memiliki point tersendiri.

Buku-buku teks pelajaran memang telah ada dan beredar di masyarakat. Kalau pun ada guru yang menyusun buku sendiri dan menerbitkannya sendiri itu tidak menjadi masalah. Hanya, patokan harga jual yang tidak melebihi standard pemerintah dengan spesifikasi yang telah ditentukan menjadi penghambat. Namun, ada beberapa buku yang masih bisa diisi oleh guru, di antaranya, mata pelajaran yang memungkinkan guru untuk menulis dan diterbitkan oleh penerbit bebas adalah pelajaran muatan lokal (bahasa daerah). Bahasa daerah memungkinkan membutuhkan penulis karena beberapa hal. Pertama, masih sedikit penulis yang berminat menulisnya. Mungkin karena royalty yang sedikit karena keterbatasan pemasaran. Atau juga karena terhitung sulit juga menulis buku bahasa daerah. Terlebih tidak semua bahasa daerah tidak ada jurusannya di UPI atau STKIP. Kedua, penerbit yang mau menerbitkannya terhitung masih sedikit. Berbeda dengan mata pelajaran umum lainnya. Apalagi yang masuk dalam UN.

Kedua, buku-buku SMK. SMK memang sedang digalakkan oleh pemerintah saat ini. Bahkan target pemerintah beberapa tahun ke depan prosentase SMA dan SMK adalah 40%:60%. Sehingga, sedikit demi sedikit izin pendirian SMA akan dikurangi. Sebaliknya, pemerintah membuka seluas-luasnya bagi masyarakat umum untuk mendirikan SMK. Tujuan mulia dari memperbanyak SMK adalah agar generasi mendatang memiliki keahlian sejak dini. Sehingga dapat mengurangi pengangguran.

Namun, kampanye masuk SMK ini tidak dibarengi dengan buku pelajaran yang mumpuni. Terlebih dengan jurusan-jurusan baru yang disesuaikan dengan kebutuhan industry. Misalnya SMK informatika atau SMK Komunikasi. Untuk mata pelajaran umum memang telah banyak bukunya. Tetapi, mata pelajaran kekhususan masih sedikit. Karena memang buku-buku tersebut selain harus ditulis oleh orang yang ahli juga memahami kaidah dan psikologi buku pelajaran. Bisa saja alumni atau dosen jurusan Informatika ITB menulis buku pelajaran. Tetapi, itu mesti dibarengi dengan karakteristik buku teks pelajaran. Bagi guru yang kuliah di FKIP tentunya mengetahui hal tersebut karena ada mata kuliahnya. Sementara, yang di luar FKIP akan kesulitan. Di sinilah diperlukannya, sinergitas penulis buku pelajaran dengan penulis non FKIP.

Ketiga, buku-buku pengayaan. Sebagaimana diketahui, selain buku teks pelajaran, pemerintah pun menggalakkan buku-buku pengayaan. Buku-buku pengayaan ini merupakan buku pendukung dan bahan bacaan penjelas atas buku-buku teks pelajaran yang ada. Misalnya, di buku Fisika dibahas mengenai black hole. Penulis bisa menulis tentang black hole dengan lebih lengkap, baik dari sisi kejadian maupun keajaibannya. Atau misalnya, dalam biologi mengenai keterputusan proses penciptaan manusia dari hewan air berkaki empat ke hewan darat berkaki dua. Penulis bisa mengulasnya lebih lengkap dengan data dan temuan terbaru.

Buku pengayaan bisa ditulis berdasarkan atas kurikulum yang telah ditetapkan. Pemerintah, setiap tahun mengadakan sayembara penulisan buku pengayaan. Mengenai ini, pembaca bisa mengakses situs Depdiknas.

Menulis buku pelajaran

Berikut beberapa tips yang diperlukan bagi siapa saja yang akan menulis buku teks pelajaran.

1. Pahami dan kuasai terlebih dahulu kurikulum. Meskipun kurikulum hampir setiap tahun berubah. Namun, itu menjadi acuan utama, agar isi buku nantinya tidak melenceng jauh dari kurikulum.

2. Menulislah buku teks berdasarkan latarbelakang pendidikan kita. Bila Anda lulusan Pendidikan Biologi menulislah buku teks pelajaran Biologi. Demikian pula bila Anda lulusan pendidikan agama Islam, menulislah buku PAI. Secara tidak langsung itu akan memudahkan Anda dalam menulis.

3.Bila Anda kesulitan menulis sendiri, mintalah kolega guru yang mengajar pelajaran yang sama untuk menulis bersama. Ini dimungkinkan, karena buku pelajaran membenarkan hasil karya beberapa orang.

4.Kirimkanlah ke pusat perbukuan bila memang ingin mendapatkan penilaian dan dibeli hak ciptanya oleh pemerintah. Atau bila dikirimkan ke penerbit, kirimkanlah ke penerbit yang memang menerbitkan buku pelajaran.

5. Bila telah diterima oleh penerbit. Pantau dan senantiasa berkomunikasi dengan penerbit sejauh mana perkembangannya. Agar bila nantinya tidak diterbitkan maka dapat dipindahkan ke penerbit lainnya.

6. Selain naskah, hendaknya disertai dengan foto-foto yang mendukung. Buku teks pelajaran sekarang ini tidak diperbolehkan untuk menggunakan ilustrasi berupa gambar (lukisan). Tetapi menggunakan foto. Dalam buku pelajaran olahraga, gerak dan contoh harus menggunakan foto. Demikian juga untuk menjelaskan mengenai tumbuhan.

7. Turutlah mengedit tulisan dengan editor penerbit. Karena ada juga penerbit yang tidak memiliki editor khusus buku pelajaran. Misalnya, nama-nama latin dalam pelajaran biologi misalnya, oriza sativa atau oriza satifa? Atau penulisan nama orang, apakah Archimides atau Archimedes?

8. Selain tulisan ada juga penanda atau lambang tertentu pada pelajaran tertentu. Misalnya tanda sigma, sinus, kubik, dll.

9. Apabila diperlukan, mintalah editor ahli dari pihak luar. Misalnya dari ahli bahasa untuk pelajaran bahasa, atau guru besar biologi, fisika, matematika, dll.

Oleh: Kelik Nursetiyo Widiyanto, disampaikan pada pendidikan dan pelatihan "Optimalisasi Daya Guna Teknologi Informasi dan Multimedia Bagi Peningkatan Kualitas Kompetensi Sumber Daya Guru" yang diselenggarakan oleh Lembaga Pustaka dan Informasi PW Muhammadiyah Jawa Barat, 7-9 Agustus 2009

Dipublikasikan Kabar Muhammadiyah Pukul: 11:26 pm. Pada Kategori: , . . Silakan Berkomentar

0 comments for "Menulis Buku Teks Pelajaran"

Leave a reply

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added