TEKNOLOGI

“Blook” = Buku Era 2.0

Anda tahu apa itu “Blook” (baca: bluk)? Istilah ini menurut Wikipedia, ialah objek yang dibuat guna meniru buku, diterbitkan secara online ...

18 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »
PENDIDIKAN

Menulis Buku Teks Pelajaran

Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 12 tahun 2008, menghentakkan banyak kalangan. Bukan hanya penerbit, yang mengalami dampak langs...

14 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

Sendi Pendidikan Multikultural

Secara umum Bangsa Indonesia saat ini telah melupakan prinsip bangsa yang sejak dahulu kala menjadi pegangan, yaitu prinsip...

13 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

  1. “Blook” = Buku Era 2.0
  2. Warga Muhammadiyah Harus Akrabi Internet
  3. Gali Potensi Kader Lewat DAD
  4. IMM UIN Adakan MASTA dan DAD Se-kota Bandung
  1. Muhammad Zaki Al Aziz says:Kang fotona meni sae :D hehehe

PERISTIWA

  • “Blook” = Buku Era 2.0

    Read More

  • Muhammadiyah Sumbang Seribu Hewan untuk Korban Bencana Alam

    Read More

  • Din Syamsuddin Bersama Artis Hibur Pengungsi Merapi

    Read More

  • Menulis Buku Teks Pelajaran

    Read More

  • Muhammadiyah Blitar Kirim 60.000 Telur ke Sleman

    Read More

  • Muhammadiyah Mengelola Pengungsi Hingga Angka 30.130 Orang

    Read More

  • "Hujat" Nabi, Perempuan Ini Dihukum Mati

    Read More

  • Ada Distorsi Cita-Cita

    Read More

  • Din: Kasus Gayus Sungguh Memalukan

    Read More

Ada Distorsi Cita-Cita

JAKARTA-' Saat ini telah terjadi deviasi dan distorsi terhadap cita-cita nasional seperti yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Ke...

14 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

Menguburkan "Egoisme Diri"

Oleh SUKRON ABDILAH Kemiskinan yang terjadi di negeri kita banyak disebabkan persoalan struktural. Ketidakmampuan warga mendapatkan kelaya...

18 Nov 2010 / 1 Comments / Read More »

Buya Syafi'i: Bersahaja dan Kritis

Di bawah kepemimpinnya, Muhammadiyah menunjukkan kemitmen keislaman dan kebangsaan yang kuat. Ahmad Syafi'I Ma'arif, Mantan K...

14 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

Gali Potensi Kader Lewat DAD

BANDUNG, Pada pengkaderan tingkat Komisariat potensi kader sejatinya terus digali guna melahirkan manusia-manusia unggul. Hal itu terungkap...

18 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

Muhammadiyah Mengelola Pengungsi Hingga Angka 30.130 Orang

YOGYAKARTA, Pasca Erupsi Kamis malam (4/11/2010) penduduk di lereng Merapi di dalam radius 20 KM dari puncak  harus mengungsi. Penangg...

14 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

TAJDID

Warga Muhammadiyah Harus Akrabi Internet

BANDUNG, Perkembangan zaman terus bergerak tanpa kendali. Di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi ditandai dengan tren kebudayaan digi...

18 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

Perbedaan Jangan Diperdebatkan

JAKARTA, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meminta agar perbedaan penetapan Hari Raya Idul Adha pada tahun ini tidak diperdebatkan. "Jangan di...

18 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

Idul Adha 16 September 2010

YOGYAKARTA, Muhammadiyah melalui Maklumat PP Muhammadiyah nomor: 05/MLM/I.0/E/2010, telah menetapkan awal Ramadhan, 1 Syawwal, dan 1 Dzulhi...

14 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

EKONOMI

Kejujuran Kunci Sukses Berbisnis

BANDUNG, Dalam pentingnya menyoal perekonomian bangsa Indonesia dewasa ini, Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (LAZIS Muh)...

14 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

Bank Syariah Bukopin Maksimalkan Amal Usaha Muhammadiyah

BANDUNG,  PT Bank Syariah Bukopin menyelenggarakan acara Customer Gathering dengan Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat yang ditan...

14 Nov 2010 / 0 Comments / Read More »

DAKWAH

  • Dakwah Harus Akrabi Internet

    Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), utamanya internet, jangan dipahami sebagai ancaman bagi berlangsungnya syiar Islam (baca...

  • PP Muhammadiyah Galang Dana Kemanusiaan

    Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengajak kepada Pimpinan Wilayah, Daerah, Cabang, Ranting, Amal Usaha, anggota, simpatisan, dan masyarakat umum...

  • "Hujat" Nabi, Perempuan Ini Dihukum Mati

    ISLAMABAD, Seorang perempuan Kristen dijatuhi hukuman gantung di Pakistan setelah dinyatakan bersalah karena menghujat Nabi Muhammad. Asia...

|

Sendi Pendidikan Multikultural

Secara umum Bangsa Indonesia saat ini telah melupakan prinsip bangsa yang sejak dahulu kala menjadi pegangan, yaitu prinsip bhineka tunggal ika. Prinsip ini menjadi hanya sebuah kalimat tanpa geming. Padahal perumus gagasan negara kesatuan Indonesia terdahulu telah memikirkan prinsip tersebut dengan susah payah demi keutuhan dan NKRI.

Prinsip ke-bhineka-an ini didasari oleh pemikiran mengenai keragaman bahasa, tradisi dan budaya tanah air dari Sabang sampai Merauke. Kultur ini pula yang mewarnai sikap bangsa yang toleran dan sadar akan pluralitas semenjak dahulu. Alhasil, penduduk Indonesia mudah diterima di berbagai bangsa dan kalangan di dunia.

Gagasan pendidikan multikultural yang telah dipelopori oleh beberapa pakar pendidikan tanah air pun kiranya bermaksud merekonstruksi pendidikan nasional supaya sesuai dengan kultur dan sosio-historis bangsa kita.

Tiga sendi multikultural

Ada tiga sendi yang mendasari pendidikan multikultural. Dan merupakan fondamen dalam membangun pemahaman ke-bhineka-an dalam ke-ika-an. Pertama, sendi equality. Secara kebahasaan equality berasal dari kata equal yang berarti sama. Terma equality juga dapat difahami sebagai persamaan (Echol, 1975). Adapun yang dimaksud equality dalam pendidikan adalah kesejajaran atau perlakuan merata yang diterima setiap peserta didik dalam memperoleh pendidikan, tanpa memandang status ekonomi dan strata sosial.

Dalam UUD 1945 pasal 31 diungkapkan bahwa ‘tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran’. Pasal ini merupakan implementasi dari penghargaan para perancang negeri ini dalam pembangunan bidang pendidikan yang selaras dengan kondisi masyarakat yang plural. Baik secara stratifikasi sosial, agama, dan suku.

Kedua, adalah sendi pluralisme. Kondisi masyarakat nusantara yang terdiri dari keragaman (pluralitas) agama, suku dan budaya mendorong perlunya ditanamkan pemahaman yang inklusif dalam memahami perbedaan.

Dengan ditanamkannya pemahaman pluralisme diharapkan setiap anak bangsa faham bahwa perbedaan ada bukan untuk saling menghantam antara satu agama dengan agama lainnya, bukan sebagai ajang penjajahan suku mayoritas terhadap minoritas, dan bukan pula untuk merendahkan suatu kebudayaan terhadap kebudayaan lain. Dengan adanya perbedaan di sekitar harus difahami sebagai sarana saling menghargai dan saling melengkapi (mutual respect).

Pluralisme adalah nafas dari ke-bhineka-an. Dan kehidupan yang bhineka tidak dapat tercermin tanpa adanya pemahaman keberagaman. Dan dalam konteks Indonesia yang selama ini tersulut api eskalasi pertentangan etnis dan agama, tepat jika kita mulai menggelorakan semangat pendidikan multikultural. Karena lembaga pendidikan (informal, formal dan nonformal) dinilai sangat efektif dalam melakukan transformasi nilai.

Di dalam praksis makro pendidikan, kurikulum yang dibuat diarahkan untuk membina pemahaman yang inklusif terhadap perbedaan. Sehingga dari pemahaman siswa pada keragaman dalam lingkungan masyarakat dapat mendorong keselarasan dan tumbuh relasi sosial yang dinamis.

Ketiga, baru menginjak ke sendi toleransi. Sebuah aktualisasi dari pluralisme yang dalam istilah lokalnya dikenal dengan tepa selira. Apabila pemahaman tentang keberagaman (pluralitas) telah terpatri pada setiap individu, maka bersemailah sikap toleran dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga masyarakat akan hidup harmonis dalam ke-bhineka-an dan membangun bangsa dengan ke-ika-an.

Menjabarkan dalam hidup

Supaya tidak terlambat dalam mencapai tujuan bangsa yang terkandung dalam falsafah bhineka tunggal ika, maka pendidikan multikultural hendaknya dimulai sejak saat ini. Sebelum terjadi apa yang diprediksi Martin Luther King bahwa umat manusia akan saling menghabisi akibat kebodohannya sendiri.

Maka, wacana pendidikan multikultural sebagai penghancur kebodohan umat manusia, pada konteks ini mesti dijabarkan dalam bentuk perilaku. Sehingga dengan semakin sering mempraktikkan landasan multikulturalisme dalam hidup, habitus masyarakat tidak akan tergerus pada apa yang diprediksi oleh Lutherian dengan saling menghabisi. Itulah yang diistilahkan dengan “kekerasan dapat dielakkan”, sebagai perwujudan dari telah berhasilnya tiga sendi pendidikan multikultural menopang relasi sosial di Indonesia .

Di dalam pandangan filsafat konstruktivisme dalam pendidikan, setiap anak memiliki bakat atau potensi yang berbeda. Sehingga tujuan pendidikan yang utama adalah membina bakat yang dimiliki siswa supaya kelak mampu hidup mandiri serta menghargai keragaman.*

Penulis, JAJANG BADRUZAMAN

Dipublikasikan Kabar Muhammadiyah Pukul: 1:10 am. Pada Kategori: . . Silakan Berkomentar

0 comments for "Sendi Pendidikan Multikultural"

Leave a reply

Blog Archive

Recently Added